Tu mi hai chiamato, Ecce Ego Mitte Me. Engkau telah memanggil aku, ini aku utuslah aku. Hormati sebagai pangeran dan cintai sebagai saudara. Caritas Christi Urget Nos. Kasih Kristus yang mendorong kami

Jumat, 21 Januari 2011

AWALNYA, SEBUAH SAPAAN…


Dalam masa hidupnya, ada sebuah pengalaman yang sangat penting bagi Guido Conforti. Sebuah pengalaman disapa. Conforti kecil mempunyai kebiasaan mengunjungi gereja. Ia begitu tertarik dengan berbagai ikona (gambar atau patung mis: Yesus, Maria dan orang kudus) yang ada dalam gereja. Hal ini membuat Conforti bisa berlama-lama di tempat itu. Salah satu gereja yang menjadi tempat favoritnya adalah gereja Santa Maria Perdamaian. Gereja itu, bangunannya tidak begitu besar. Ia berkunjung ke gereja itu setiap kali berangkat dan kembali dari sekolah, dan bahkan tinggal di sana beberapa waktu lamanya dan berdoa.
Di gereja Santa Maria Perdamaian ini, Conforti disapa. Ia merasa bahwa Yesus yang tersalib “Memandangnya dan menyampaikan banyak hal kepadanya.”
Apakah gerangan hal sedemikian luar biasa di dalam pengalaman Conforti tentang salib itu? Beberapa saksi, dalam proses penetapan gelar Beato untuk Guido Conforti, telah menyatakannya dengan menggunakan kata-kata yang mengisyaratkan adanya suatu pengalaman yang melebihi pengalaman kodrati semata-mata. Benarkah salib itu “berbicara” kepada Guido? Apakah terjadi suatu penglihatan yang mengandung panggilan langsung baginya untuk menjadi imam? Sulit dipastikan, tetapi banyak kalangan cenderung meragukannya. Akan tetapi, yang sungguh luar biasa dalam kejadian itu ialah bahwa seorang anak berusia sembilan tahun yang berlutut di depan salib, mendapatkan anugerah kontemplasi yang akan mempengaruhi seluruh hidupnya.

@@@

Ketika Conforti ditahbiskan menjadi imam, tugas perutusan yang ia terima adalah menjadi pengajar dan wakil rektor di seminari. Beberapa tahun berlalu, dan ia masih mengemban tugas yang sama. Dalam hatinya yang terdalam, ia merasa gelisah. Satu-satunya ambisi yang ia kejar adalah menjadi misionaris. Ia ingin melanjutkan misi tokoh idolanya –Santo Fransiskus Xaverius mewartakan injil ke Cina. Conforti merasa bahwa saatnya telah tiba untuk mengambil langkah penentu dan menyatakan secara terbuka apa yang menjadi cita-citanya.
Dengan berani imam muda itu menjelaskan kepada Bapa Uskup bahwa impiannya untuk menjadi misionaris belum terwujud. Tak satu kongregasi misi pun akan bersedia menerima dia karena kesehatannya yang rapuh. Kendati demikian, ia merasa didesak oleh Tuhan untuk mengatasi masalahnya dan mewujudkan impiannya dengan suatu rencana yang berani. Ia akan mendirikan kongregasi misinya sendiri.

To be continue… .  


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar Anda di sini. Terima kasih dan Tuhan memberkati Anda selalu

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification