Ternyata harapan Conforti untuk mendirikan kongregasi misi, sebagaimana ia ceritakan kepada uskup Miotti tidak berjalan mulus. Beberapa waktu setelah pertemuannya dengan uskup Miotti, pada bulan April 1892, Conforti dipanggil ke rumah kediaman uskup. Ia berharap bahwa panggilan ini berkaitan dengan rencananya yang berani, mendirikan kongregasi misinya sendiri. Ternyata tidak. Conforti sangat heran ketika ternyata bahwa uskup merubah rencananya. “Anda akan tetap di kota”, kata uskup. “Ada lowongan di gereja Katedral dan saya ingin supaya Anda mengisi lowongan itu.”
Tentu saja suatu kehormatan besar bagi seorang imam yang begitu muda bahwa diangkat menjadi penasehat. Apalagi surat ketetapan uskup itu nadanya penuh dengan pujian. Akan tetapi surat keputusan itu juga mengandung pukulan terhadap impiannya untuk mendirikan serikat misionaris. “Kami berharap bahwa tindakan baik dari pihak kami ini akan mengobarkan dalam diri Anda keinginan suci untuk mengusahakan kesejahteraan bagi anak-anak terlantar dan ini mulai sekarang hendaknya Anda pandang sebagai bentuk perhatian Anda yang istimewa bagi lebih besarnya kemuliaan Allah dan guna mendapatkan manfaat yang lebih besar bagi gereja di Parma.” Dengan kata lain, Conforti diminta dengan hormat tetapi tegas supaya melupakan impiannya yang tidak praktis untuk mendirikan suatu serikat misioner dan membaktikan diri sepenuhnya kepada suatu tugas yang lebih praktis demi kebaikan keuskupan –yakni mendirikan panti asuhan untuk anak yatim piatu dan terlantar.
Reaksi Conforti terhadap surat ketetapan uskup itu mencerminkan reaksinya yang khas terhadap segala kejadian. Karena sejak muda terbiasa melihat tangan Allah dalam setiap hal, kesedihan dan kemurungan yang mula-mula ia rasakan terhalau oleh perasaan yang kuat bahwa bahkan di tengah-tengah keadaan yang tampaknya berlawanan dengan keinginannya itu, Allah masih tetap menuntunnya ke arah perwujudan cita-citanya.
Ia bahkan mampu melihat dengan jelas di dalam peristiwa-peristiwa itu bahwa Tuhan menghendaki agar ia mendirikan kongregasinya di kota (bukan di desa terpencil seperti yang ia rencanakan), di mana ia dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas pengajaran di seminari setempat untuk mewujudkan tujuannya. Adapun mengenai keinginan uskup Miotti, ia pasti tidak akan mengabaikannya tetapi memandangnya sebagai hal yang kurang penting bila dibandingkan dengan begitu banyak tanda kehendak Allah yang jelas. Dan, kehendak Allah itu lambat laun memang akan menjadi semakin jelas. Pada tanggal 9 Maret 1893 Uskup Miotti wafat, dan dengan kematiannya rencana pendirian panti asuhan di kota tidak dibicarakan lagi.
Bersambung…
21.11
Mengenang Untuk Bersyukur
Posted in: 

0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar Anda di sini. Terima kasih dan Tuhan memberkati Anda selalu